Di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, di sebuah tempat dekat perkebunan karet dan persawahan yang tak jauh dari jalur kereta api (koordinat -6.936476,110.010335) yang dinamakan dengan Balekambang terdapat bekas pesanggrahan.
Balekambang terdiri dari kata bale dan kambang yang artinya tempat terapung. Balekambang adalah sumber mata air yang besar yang airnya muncul dari bawah pohon beringin yang tumbuh diatas sekitas Balekambang. Airnya digunakan oleh petani sekitar untuk mengairi sawah, sesaat pada siang hari untuk mencuci karet bagi orang yang mencari sisa karet dari perkebunan karet sebelah barat Balekambang.
Konon tempat ini adalah pesanggrahan peninggalan Sultan Mataram yang dulu pernah membendung kekuatan untuk melakukan penyerangan ke Batavia setelah Ki Bahurekso berhasil membuka Alas Roban. Di sinilah logistik disimpan.
Kawasan ini juga dinamakan Tunggorono. Oleh warga sekitar Tunggorono dipercaya sosok yang memiliki daerah tersebut namun di kisah pewayangan Tunggorono adalah sebuah tempat. Kawasan ini dilindungi sosok ular besar berkepala Kala yang sampai sekarang ditandai dengan Arca Ular yang berada di bawah pohon beringin.
Jika dilihat, ada bekas DAM penampungan air yang rencananya akan dialirkan ke rumah warga di daerah Sidorejo, akan tetapi petani sekitar tidak menyetujui karena pasokan air untuk pengairan akan berkurang. Kemudian DAM tersebut dijebol. Pada saat pembangunannya pada jaman NIPON dan Jepang mulai memasuki wilayah ini terdapat batu angsa, ayam, dan berbagai makhluk hidup. Yang kemudian diambil oleh beberapa warga Krengseng dan sekarang belum disurvey keberadaannya.
Di sebelah kiri DAM ada beberapa pohon pisang tumbuh disertai tumbuhan rawa yang menutupi wilayah tersebut. Ternyata tempat tersebut terdapat bekas perahu yang cukup besar, keadaannya kini telah hancur dimakan usia. Akan tetapi menurut sesepuh desa masih ada sisa-sisanya. Pada tahun 1980an perahu tersebut masih terlihat akan tetapi terlihat terbalik.
Dahulu kawasan Balekambang oleh warga sekitar dianggap sebuah danau karena luasnya genangan air. Belum ada sawah seperti yang sekarang ada. Beberapa penemuan juga membuktikan bahwa ada beberapa benda laut seperti karang dan bebatuan laut. Ditambah keberadaan bekas kapal yang ada bisa jadi jika dahulu daerah ini semacam pelabuhan kecil yang terhubung dengan laut.
Di daerah ini ada tokoh yang cukup dikenal warga yaitu Ki Bronto dan Ki Bagus Banteng. Ki Bronto pernah bertarung dengan Ki Bagus Banteng akan tetapi kalah. Ki Bagus Banteng adalah adalah sosok yang memiliki kekuatan yang tak terkalahkan seperti banteng. Sosok satu lagi adalah Mbah Ragel. Namun belum jelas keterlibatannya dengan Ki Bronto dan Ki Bagus Banteng. Dan ketiganya belum diketahui jelas keterkaitannya dengan pesanggrahan Sultan Mataram. Pemakaman Ki Bronto dan Mbah Surgi berada di atas bekas pesanggrahan sedangkan Ki Bagus Banteng berada di dekat rel kereta api, akan tetapi karena ada proyek rel ganda kereta api akhirnya dipindahkan berjajar dengan makam Ki Bronto dan Mbah Surgi.
Dahulu ada batu Silongok yang jumlahnya enam buah. Silongok digunakan untuk melongok atau melihat. Masing-masing batu tersebut berukuran sekitar 4 meter. Namun disayangkan hancur karena ketidaktahuan pekerja proyek rel ganda kereta api yang baru-baru ini dikerjakan.
Fragmen Bangunan |
Fragmen Bangunan |
Fragmen Bangunan |
Cor DAM, Arca Kobra, dan Beringin |
Bukit yang dijadikan makam Ki Bronto, Ki Bagus Banteng, dan Mbah Surgi |
Nisan baru makam Ki Bagus Banteng yang baru dipindahkan. |
3 komentar :
Terima kasih informasinya :) http://photobatang.blogspot.com menambah wawasan khususnya tentang kebudayaan, pendidikan, sosial, dll Kabupaten Batang
Terimakasih photo-foto...
Tempat itu terkenal angker, arca ular tersebut bs joget/goyang2 sendiri dan waktu malam hari dari desa sering terdengar lantunan wayang ditempat tersebut.
Posting Komentar