Visit Batang "an Old District Land Javanese Culture"

Anda diperbolehkan mengutip atau mengambil informasi dari blog ini dengan tetap mencantumkan alamat kami http://batanggallery.or.id

Jumat, 23 November 2012

Situs Balekambang Gringsing

Di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, di sebuah tempat dekat perkebunan karet dan persawahan yang tak jauh dari jalur kereta api (koordinat -6.936476,110.010335) yang dinamakan dengan Balekambang terdapat bekas pesanggrahan.

Balekambang terdiri dari kata bale dan kambang yang artinya tempat terapung. Balekambang adalah sumber mata air yang besar yang airnya muncul dari bawah pohon beringin yang tumbuh diatas sekitas Balekambang. Airnya digunakan oleh petani sekitar untuk mengairi sawah, sesaat pada siang hari untuk mencuci karet bagi orang yang mencari sisa karet dari perkebunan karet sebelah barat Balekambang.

Konon tempat ini adalah pesanggrahan peninggalan Sultan Mataram yang dulu pernah membendung kekuatan untuk melakukan penyerangan ke Batavia setelah Ki Bahurekso berhasil membuka Alas Roban. Di sinilah logistik disimpan.

Kawasan  ini juga dinamakan Tunggorono. Oleh warga sekitar Tunggorono dipercaya sosok yang memiliki daerah tersebut namun di kisah pewayangan Tunggorono adalah sebuah tempat. Kawasan ini dilindungi sosok ular besar berkepala Kala yang sampai sekarang ditandai dengan Arca Ular yang berada di bawah pohon beringin.

Jika dilihat, ada bekas DAM penampungan air yang rencananya akan dialirkan ke rumah warga di daerah Sidorejo, akan tetapi petani sekitar tidak menyetujui karena pasokan air untuk pengairan akan berkurang. Kemudian DAM tersebut dijebol. Pada saat pembangunannya pada jaman NIPON dan Jepang mulai memasuki wilayah ini terdapat batu angsa, ayam, dan berbagai makhluk hidup. Yang kemudian diambil oleh beberapa warga Krengseng dan sekarang belum disurvey keberadaannya.

Di sebelah kiri DAM ada beberapa pohon pisang tumbuh disertai tumbuhan rawa yang menutupi wilayah tersebut. Ternyata tempat tersebut terdapat bekas perahu yang cukup besar, keadaannya kini telah hancur dimakan usia. Akan tetapi menurut sesepuh desa masih ada sisa-sisanya. Pada tahun 1980an perahu tersebut masih terlihat akan tetapi terlihat terbalik.

Dahulu kawasan Balekambang oleh warga sekitar dianggap sebuah danau karena luasnya genangan air. Belum ada sawah seperti yang sekarang ada. Beberapa penemuan juga membuktikan bahwa ada beberapa benda laut seperti karang dan bebatuan laut. Ditambah keberadaan bekas kapal yang ada bisa jadi jika dahulu daerah ini semacam pelabuhan kecil yang terhubung dengan laut.

Di daerah ini ada tokoh yang cukup dikenal warga yaitu Ki Bronto dan Ki Bagus Banteng. Ki Bronto pernah bertarung dengan Ki Bagus Banteng akan tetapi kalah. Ki Bagus Banteng adalah adalah sosok yang memiliki kekuatan yang tak terkalahkan seperti banteng. Sosok satu lagi adalah Mbah Ragel. Namun belum jelas keterlibatannya dengan Ki Bronto dan Ki Bagus Banteng. Dan ketiganya belum diketahui jelas keterkaitannya dengan pesanggrahan Sultan Mataram. Pemakaman Ki Bronto dan Mbah Surgi berada di atas bekas pesanggrahan sedangkan Ki Bagus Banteng berada di dekat rel kereta api, akan tetapi karena ada proyek rel ganda kereta api akhirnya dipindahkan berjajar dengan makam Ki Bronto dan Mbah Surgi.

Dahulu ada batu Silongok yang jumlahnya enam buah. Silongok digunakan untuk melongok atau melihat. Masing-masing batu tersebut berukuran sekitar 4 meter. Namun disayangkan hancur karena ketidaktahuan pekerja proyek rel ganda kereta api yang baru-baru ini dikerjakan.


Fragmen Bangunan

Fragmen Bangunan

Fragmen Bangunan
Cor DAM, Arca Kobra, dan Beringin

Bukit yang dijadikan makam Ki Bronto, Ki Bagus Banteng, dan Mbah Surgi

Nisan baru makam Ki Bagus Banteng yang baru dipindahkan.

Pohon pisang sebelah kiri pohon besar adalah bekas keberadaan kapal. Sedangkan bukit sebelah kanan pohon besar adalah tempat makam  Ki Bronto, Ki Bagus Banteng, dan Mbah Surgi. Dan dibawah pohon terdapat Arca Ular dan DAM.

Yoni Sempu Limpung

Di Desa Sempu, Kecamatan Limpung (Koordinat -7.005405,109.925972) terdapat Yoni yang telah dijadikan kepercayaan bagi warga sekitarnya. Kondisinya masih terawat oleh warga sekitar, akan tetapi jika ini dibiarkan tanpa ada pelindungnya lama kelamaan akan terkikis air hujan.

Yoni dan lingkungan sekitarnya

Yoni dan Batu di dekatnya

Yoni dilihat dari depan

Yoni dilihat dari atas

Batu disamping kanan Yoni

Yoni Ngreco Gunungsari Bawang

Di Dukuh Ngreco, Desa Gunungsari, Kecamatan Bawang. Di sebuah kandang ayam milik warga (koordinat -7.13312,109.91683) terdapat Yoni dengan kondisi salah satu ujung di bibir Yoni sebelah atas rusak. Coraknya masih bagus karena disimpan dan tidak terkena air hujan secara langsung.


Yoni Medono Limpung

Di Desa Medono Kecamatan Limpung di halaman rumah warga (koordinat -7.018092,109.928657) terdapat 2 buah Yoni dan sebuah Umpak. Keadaannya mulai terkikis oleh air hujan.

Yoni, umpak, dan yoni

Dilihat dari kiri

Dilihat dari kanan

Yoni Batu Putih Kalisari Limpung

Di wilayah Desa Kalisari Kecamatan Reban, di dekat hutan pinus yang dinamai warga sekitar dengan sebutan Batu Putih, di sebuah ladang milik warga yang hak miliknya dimiliki oleh Perhutani (Koordinat -7.09257,109.88945), yang aksesnya ditempuh melalui Desa Kemesu Kecamatan Reban. Terdapat Yoni dengan ukuran cukup besar yang sebagian tertanam dalam tanah dengan dikelilingi bebatuan kecil. 

Oleh warga sekitar Yoni ini dikenal dengan nama batu putih karena warna batunya. Kemudian karena keberadaan batu ini wilayahnya di sebut dengan Batu Putih

Yoni

Yoni dan susunan batu lainnya

Yoni

Fragmen Ambang Pintu

Tak jauh dari keberadaan Fragmen Nandi (koordinat -7.01400,109.84697) terdapat Fragmen Ambang Pintu yang kondisinya di sudut sebelah kiri sedikit hilang.

Fragmen Ambang Pintu dan lingkungan sekitarnya

Fragmen Ambang Pintu

Fragmen Nandi Siguci Pecalungan

Di ladang yang merupakan tempat pengambilan Arca Ganesha, tepatnya di sebuah gubug kecil di tanah milik Pak Dasuki (koordinat -7.01408,109.84700) masih terdapat Fragmen Nandi dengan kondisi bagian perut sampai kepala dan bagian ekor telah hilang.

Gubuk terlihat dari jalan desa siguci

Fragmen Nandi dilihat dari sisi kanan

Fragmen Nandi dilihat dari sisi kiri

Fragmen Nandi dilihat dari atas

Fragmen Nandi dilihat dari depan

Fragmen Nandi dilihat dari Belakang

Arca Ganesha Siguci Pecalungan

Di halaman rumah Pak Dasuki dengan RT. 2 / RW. 1 Desa Siguci Kecamatan Pecalungan (koordinat -7.01730,109.84532). Terdapat Arca Ganesha dengan kondisi kepala dan bagian depan dari Ganesha sudah hilang dan bentuk coraknya mulai aus. Sebelumnya Arca Ganesha ini ditemukan di sebuah ladang milik Pak Dasuki dekat pertigaan menuju ke Desa Siguci pada tahun 2005 dan diamankan oleh Pak Dasuki.

Dilihat dari depan

Dilihat dari belakang

Dilihat dari kiri

Dilihat dari atas

Arca Ganesha dan lingkungan sekitar

Jumat, 16 November 2012

Perbatasan Batang dengan Kendal di Jalur Bawang -Plantungan

Di perbatasan antara Batang dengan Kendal pada jalur Bawang - Plantungan ini berupa sebuah Jembatan yang lumayan panjang. Jembatan ini menghubungkan Bawang yang merupakan kawasan Kabupaten Batang dan Plantungan yang merupakan kawasan Kabupaten Kendal.

Jembatan Perbatasan Batang - Kendal Tepatnya Antara Desa Sangubanyu (Batang) dengan Desa Plantungan (Kendal) dilihat dari Wilayah Plantungan.

Tak jauh dari jembatan, masuk kawasan Kabupaten Batang, di Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang terdapat gapuro yang bertuliskan "Kawasan Agropolitan Sorban Wali Kabupaten Batang". Bisa dibayangkan jika Ibukota Indonesia adalah Metropolitan tapi di Batang punya Agropolitan yaitu hamparan perkebunan yang luas, selain itu jalur ini menghubungkan wilayah Kecamatan Blado yang merupakan kawasan Makam Para Wali sehingga disebut Sorban Wali

Gapuro Penyambutan Masuk Wilayah Kabupaten Batang di Desa Sangubanyu

Selasa, 13 November 2012

Sintren Batang


Kostum Penari Sintren Batang | Dok. Gallery Photo Kabupaten Batang

Formasi Sintren Batang | Dok. Gallery Photo Kabupaten Batang
Sintren adalah kesenian tradisional masyarakat Pantura yang juga Batang masuk di deretannya, tarian yang berbau mistis  penggambaran cerita cinta kasih Sulasih (Seorang Putri dari Desa Kalisalak) dan Raden Sulandono (Putra Bahurekso dengan Rantansari). Namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Bahurekso. Akhirnya Raden Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung melalui alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantansari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula Raden Sulandono yang sedang bertapa dipanggil rohnya untuk menemui Sulasih, maka terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan Raden Sulandono.
Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya. Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci (perawan), dibantu oleh pawangnya dan diiringi gending 6 orang. Pengembangan tari sintren sebagai hiburan rakyat, kemudian dilengkapi dengan penari pendamping dan pelawak. 
Sumber cerita : www.batikmarkets.com/batik_pekalongan.php

Senin, 12 November 2012

Omah Tani Blado

Omah tani yang berdiri di daerah kecamatan Blado yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Bandar tepatnya di jalan Bandar - Kembanglangit, merupakan salah satu bukti kekuatan yang hadir untuk memperjuangkan nasib petani daerah.

Jalan Masuk Ke Omah Tani Blado - Batang

Handoko Wibowo adalah sosok pelopor pergerakan petani daerah yang kotra dengan ketidak adilan yang menimpa petani - petani di Kabupaten Batang. Namun di lain sisi memperjuangkan nasib petani daerah, bangunan yang didirikan dengan nama Omah Tani memiliki keunikan. Jika boleh menyebutnya bangunan ini adalah rumah seninya petani daerah. Seorang seniman tidak akan menirukan karya orang lain, namun akan terus bekarya menghasilkan karya sendiri. Kemungkinan hasilnya boleh sama namun caranya akan selalu berbeda.

Bangunan Utama Omah Tanu

Kolam Depan Omah Tani

Lentera Tua Bernuansa Klasik Sebagai Hiasan Lorong Bangunan

Botol Bekas Yang Unik Sebagai Hiasan Lorong Bangunan

Potongan Kayu Yang Tersusun Menjadi Pagar Pintu Samping Rumah

Kolam Samping Bangunan Utama Dengan Potongan Batu Stalatif Mati Yang Berdiri di Tepian Kolam

Petani berkarya selama 3 bulan lamanya untuk menghasilkan panen yang dapat membawa kemakmuran bagi mereka. Cara yang dilakukannya dari mencangkul hingga panen berbeda-beda, inilah proses seni bagi para petani.

Selasa, 06 November 2012

Hidup di Tengah Alas Roban

Di Desa Sentul Kecamatan Gringsing tepatnya tengah hutan, di atas sebuah bukit dekat dengan peninggalan goa Jepang. Terdapat keluarga yang hidup seperti di sebuah pengasingan. Akan tetapi sebenarnya keluarga ini hidup di tengah hutan dikarenakan ekonomi yang kurang, hingga mereka memutuskan hidup disana dan mengelola tanah sekitarnya. 

Kurang lebih selama 17 mereka menetap dengan keadaan memprihatinkan. Rumah dengan bambu yang agak doyong ke arah timur, berpagar getek bambu, dan beratapkan dami. Pak Purwadi adalah kepala keluarganya, dia bekerja menggarap tanah yang ada di sekitar rumahnya untuk tetap dapat membuat asap dirumahnya. Keadaan ekonominya serba kekurangan, ditambah jauhnya jarak antara rumahnya dengan rumah penduduk terdekat yang menjadikan warga lain tak mengetahui keadaan yang sedang terjadi.

Rumah Pak Purwadi

Jauh dari kebutuhan dan fasilitas negara menjadikan mereka tak merasakan terangnya malam. Hanya lampu minyak yang dapat dijadikan teman sebelum mata terpejam. Sesekali mereka menggunakan lampu charger yang setiap sorenya harus dibawa ke rumah penduduk terdekat yang jaraknya kurang lebih 2 km. Lampu charger hanya bertahan tidak lebih dari 3 jam dan setelahnya kembali padam. Pernah berencana memasang kabel dari rumah penduduk terdekat namun bahaya karena terlalu jauh

Di tengah Alas Roban yang dikenal sintru tersebut masih banyak binatang buas yang berkeliaran. Namun baginya mereka adalah tetangga yang berdampingan dan tidak pernah mengganggunya selama tidak ada yang membangunkannya dari kebringasannya. Menurutnya makhluk hidup itu saling menghormati, jika kita hormati maka mereka menghormati

Pak Purwadi di lorong rumahnya
Pak Purwadi memiliki 3 anak. Mereka semua tidak pernah menikmati bangku sekolah. Namun sopan santun telah tertanam di diri mereka. Mereka berbicara jawa krama yang fasih layaknya abdi kraton. Sekolah mereka adalah lingkungannya yaitu alam. Mereka tahu apa yang berguna untuknya dan apa yang tidak berguna baginya.

Putra Pak Purwadi (no 2 dari kiri) dan 2 temannya (no 1 dan 2 dari kanan)
Mereka berharap dapat merasakan aliran listrik. Gallery Photo Kabupaten Batang mengajak pembaca yang merasa tergugah hatinya untuk membantu mereka. Gallery Photo Kabupaten Batang telah memiliki solusi untuk membantu mereka dengan memasang panel surya. Perkiraan harga sekitar 2 juta. Namun untuk pendanaan belum ada. Jika Anda memiliki solusi hub kami.
Ide, pesan, kiritik dan saran Anda sangat berarti untuk pengembangan Batang Gallery.