Visit Batang "an Old District Land Javanese Culture"

Anda diperbolehkan mengutip atau mengambil informasi dari blog ini dengan tetap mencantumkan alamat kami http://batanggallery.or.id

Kamis, 25 Juli 2013

Situs Balekambang

Balekambang adalah sebuah tempat di desa Sidorejo kecamatan Gringsing. Balekambang berasal dari kata balai yang berarti tempat dan kambang berarti terapung. Balekambang berarti tempat yang berada di ata air. Balekambang merupakan petirtaan, yaitu tempat pemandian raja. Terdapat tuk mbul (mata air menyembur dari perut bumi). Belum diketahui siapa yang membuat peninggalan cagar budaya ini.

Saat tempat ini ditemukan dan dieksplorasi, ditemukan beberapa arca yang berupa makara dan arca lainnya, dan prasasti. Beberapa arca dan prasasti kemudian dibawa ke Musium Ronggowarsito Semarang untuk diteliti lebih lanjut.

Peninggalan lainnya yang merupakan fragmen bangunan masih ada di kawasan situs Balekambang. Masih dapat dilihat fragmen banunan sejenis batu penusun candi.

Satu tahun kemarin (2012) kawasan ini belum tertata seperti ini. Kawasan ini masih alami berupa rawa - rawa yang rimbun. Fragmen bangunan tidak terlihat karena tertutupi oleh rerumputan rawa. Kini cagar budaya tersebut telah tertata rapi, akan tetapi ini menyalahi aturan ekskavasi situs cagar budaya. Bentuk cagar budaya terancam sulit untuk disusun kembali karena posisi fragmen bangunan yang telah dipindahkan.

Saat dikonfirmasi ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang ternyata belum ada pemberitahuan tentang pembersihan dan penyusunan ini. Belum diketahui siapa yang melakukan ini. Yang pasti bukan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang.

Saat tim ekspedisi mengunjungi Balekambang, tidak disengaja bertemu dengan rombongan yang mengaku dari padepokan yang berada di Semarang. Mereka memberikan kartu nama atas nama Pengobatan Alternatif Kasim Abdillah. Salah satu dari rombongan menjelaskan bahwa Balekambang ini adalah peninggalan Ki Ageng Gringsing yaitu murid Sunan Kalijaga.

Balekambang dahulu adalah sebuah padepokan. Ciri dari padepokan ajaran Sunan Kalijaga adalah bangunan di atas air dan tuk mbul. Dia mengatakan bahwa rombongannya yang berjumlah 4 orang itu adalah orang yang mewarisi ilmu yang didalami Sunan Kalijaga. Mereka kemudian melakukan ritual semacam torikoh dengan beberapa sesaji seperti kelapa muda dan beberapa batang dupa. Kemudian mandi di tuk mbul yang ada dibawah cor bekas PDAM dibawah pohon besar.

Dalam waktu dekat rombongan tersebut akan mengambil batu warna kuning yang ada di atas susunan fragmen bangunan untuk digunakan di padepokannya di Semarang. Ini menjadi ancaman dikarenakan batu tersebut merupakan cagar budaya yang harus dilindungi.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang seharusnya dapat menangani masalah ini karena akan menjadi ancaman hilangnya satu persatu cagar budaya di kabupaten Batang. Sebagai instansi yang menerima nominasi juara di Provinsi Jawa Tengah pendataan cagar budaya di Kabupaten Batang seharusnya mampu melestarikan cagar budaya dengan melibatkan elemen masyarakat.

Fragmen Bangunan yang secara ilegal disusun

Fragmen bangunan masih utuh ditempatnya

Fragmen bangunan di dekat tuk mbul

Fragmen bangunan yang masih nampak reliefnya

Fragmen bangunan yang masih nampak reliefnya

Fragemen bangunan

Fragmen bangunan yang akan diambil padepokan

Fragmen bangunan yang akan diambil padepokan

Fragmen bangunan mirip bagian candi

Fragmen bangunan mirip bagian candi

Fragmen bangunan mirip bagian candi

Fragmen bangunan mirip bagian candi

Fragmen bangunan mirip bagian candi

Fragmen bangunan mirip bagian candi

Fragmen bangunan mirip bagian candi

Papan larangan membuang sampah di kawasan cagar budaya

Fragmen bangunan masih terlihat mengelilingi kolam

Fragmen bangunan masih terlihat mengelilingi kolam

Fragmen bangunan masih terlihat mengelilingi kolam

Fragmen bangunan masih terlihat mengelilingi kolam

Fragmen bangunan masih terlihat mengelilingi kolam

Batas Kawasan Situs

Goa Jepang Poncowati Gringsing

Goa Jepang ini berada di hutan Pancawati yang dikenal oleh para pengguna jalan dengan nama Alas Roban. Pancawati diambilkan dari nama kelompok kera yang dipimpin oleh Anoman. Menurut mitos kelompok kera ini dahulu mendiami hutan yang sekarang bernama Pancawati. 

Alas Roban sendiri sebenarnya terletak di kecamatan Subah dan Tulis. Tepatnya kampung Roban Timur di desa Sengon dan Roban Barat di desa Kedungsegog.

Pancawati berada di dukuh Bunderan desa Plelen kecamatan Gringsing. Tepatnya di sebelah selatan jalur lama yang berkelok - kelok. Goa Jepang Pancawati berada di antara 3 bukit yang dipisahkan sungai kecil. Sungai ini dahulu adalah bekas jalan tank milik Jepang.

Goa Jepang dibangun pada tahun 1942 pada saat pendudukan Jepang di Indonesia. Jepang menerapkan kerja paksa Romusha kepada orang pribumi untuk membangun goa - goa tempat perlindungan dan persembunyian tentara Jepang. Banyak orang pribumi yang tewas saat melaksanakan pembangunan goa ini.

Goa Jepang Pancawati berjumlah 13. 3 buah goa di sebelah bukit timur, 10 goa di sebelah bukit utara, 1 goa diatas tebing di sebelah bukit selatan dan 1 buah goa alam di sebelah bukit barat yang disebut dengan nama Goa Telon. Goa Telon juga pernah digunakan oleh tentara Jepang.

Salah satu bagian dalam goa

Tim ekspedisi mendaki mulut goa yang longsor

Kondisi longsoran tanah goa

Bagian dalam goa

bagian dalam goa

tim dokumenter ekspedisi

kondisi mulut goa yang longsor

kondisi mulut goa yang longsor

daun kemaduan yang beracun

salah satu mulut goa

sungai dahulunya adalah jalan tank

mata air sekitar goa

kadal mesir di goa pengintai

goa pengintai berada di tebing




Watu Lintang

Watu Lintang berada di dukuh Kalilito desa Kalirejo kecamatan Batang. Lintang berarti bintang. Menurut warga penamaan batu ini dikarenakan dahulu batu ini memancarkan sinar mirip bintang. Berdasarkan observasi tim ekspedisi, Watu Lintang adalah batu meteorid, orang awam menyebutnya bintang jatuh dari langit.

Watu Lintang

Struktur Watu Lintang

Struktur Watu Lintang

Watu Kelir

Di desa Kalirejo kecamatan Bawang terdapat peninggalan megalitikum berupa Watu Kelir. Kelir dalam perkakas pewayangan adalah background putih yang lebar. Watu kelir ini berada di sebuah perbukitan di sebelah selatan desa Kalirejo. Ada beberapa batu yang bentuknya mirip dengan kenong yang juga merupakan satu kesatuan dari Watu Kelir ini. Akan tetapi tim ekspedisi tidak menjumpai batu ini.

Watu Kelir

Pemandangan sekitar Watu Kelir

Watu Kelir

Watu Kelir

Sosialisasi Cagar Budaya di Kalirejo

Desa Kalirejo merupakan salah satu desa di kecamatan Bawang. Kalirejo adalah desa terluar tepat di kaki gunung Prahu dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal. Desa ini merupakan salah satu target dilakukannya sosialisasi cagar budaya dan penelusuran cagar budaya.

Sosialisasi diadakan di masjid desa Kalirejo. Sosialisasi cukup interaktif dengan beberapa diskusi masalah cagar budaya di desa ini.

Sosialisasi

Persiapan sosialisasi

Persiapan Sosialisasi

Warga Kalirejo

Warga Kalireo

Situs Sidomulyo

Di dukuh Sidomuluo desa Deles terdapat kumpulan cagar budaya yang dikenal dengan nama Arca Klenteng. Dahulu di tempat ini ditemukan Arca Ganesha yang dikenal masyarakat sebagai Kiyai Dulgani.

Kiyai Dulgani adalah tokoh penyebar agama islam di wilayah tersebut. Kawasan Arca Klenteng dahulu akan dibangun candi. Akan tetapi oleh Kiyai Dulgani pembangunan candi ditentang dan dihancurkan. Tersisa ganesha, fragmen segiempat, fragmen bangunan, yoni dan ambang pintu atas yang bermotif kala.

Ganesha kemudian diamankan di musium Ronggowarsito Semarang. Ambang pintu atas dirusak dengan memisahkan bagian relief dengan fragmen segiempatnya kemudian relief kala dicuri oleh orang tidak bertanggungjawab. Dan lainnya masih berada di tempat semula.

Fragmen Segiempat dan Fragmen Bangunan

Fragmen Segiempat dan Fragmen Bangunan

Yoni

Ambang Pintu Atas semula bermotif kala.



Ide, pesan, kiritik dan saran Anda sangat berarti untuk pengembangan Batang Gallery.